Saturday, August 07, 2010

Antara Deteksi versus Prediksi

Ujian proposal Tesis telah dilakukan.. dan bersyukur karena topik yang saya ajukan disetujui sama 3 dewan penguji. Tetapi atas saran penguji, saya diminta untuk mengganti keyword dalam judul tesis tersebut dari kata "Deteksi" menjadi "Prediksi". Awalnya saya membuat judul "Kolaborasi Analisis Bayesian dan Transformasi Wavelet untuk Sistem Deteksi Dini Serangan Hama Tanaman Padi Berbasis Auto SMS". Dan akhirnya judul tersebut berubah menjadi "Kolaborasi Analisis Bayesian dan Transformasi Wavelet untuk Prediksi Serangan Hama Tanaman Padi Berbasis Auto SMS".

"Hati-hati menggunakan kata 'Deteksi'.." demikian kata Dr. Agus Harjoko, salah seorang penguji. Output deteksi adalah sesuatu yang sudah bernilai ya atau tidak, benar atau salah, bukan "mendekati benar" atau "mendekati salah". Sebagai contoh, jika kita diminta mendeteksi apakah di dalam tanah (yang sedianya akan dibuat sumur) ada sumber airnya atau tidak, maka output dari deteksi tersebut haruslah sudah mengatakan "ya" (di dalam tanah tersebut pasti ada airnya), atau "tidak" (di dalam tanah tersebut tidak ada mata airnya). Jadi bukan kira-kira, dan hasilnya pasti benar. Deteksi di dasarkan atas gejala-gejala atau kondisi-kondisi yang mengarah pada jawaban akan sesuatu yang dideteksi tersebut.

Sedangkan prediksi, adalah sesuatu yang belum tentu benar. Bisa saja hasil dari prediksi itu 100% benar, mendekati benar, atau bahkan sama sekali salah. Sebagai contoh jika kita diminta untuk memprediksi apakah si Budi besuk lulus ujian atau tidak, bisa saja hasil prediksi kita itu salah. Hal itu dikarenakan kita memprediksi berdasarkan variabel-variabel prediksi yang bebas dan belum merupakan "gejala" dari case yang diinginkan. Seperti misalnya apakah si Budi rajin belajar, rajin mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Jika Budi Rajin belajar, maka diprediksikan bahwa Budi akan lulus ujian. Tetapi hal itu bisa saja salah, karena banyak hal yang bisa mempengaruhi hasil ujian tersebut.

Jadi intinya, deteksi harus sampai pada tahapan bahwa outputnya adalah benar. Sedangkan prediksi bisa saja salah. Prediksi biasanya hanya memperhitungkan pengalaman dari kejadian-kejadian sebelumya yang dalam istilah ilmiahnya adalah "berdasarkan data historis-time series".

Beberapa rujukan juga ada yang mengatakan bahwa prediksi semestinya adalah pra-deteksi. Sebagai contoh, berdasarkan data historis, jika ada orang yang merokok, bekerja di tempat berdebu, sering menghirup udara kotor (polusi) dan lain sebagainya, maka orang tersebut diprediksi akan mengidap penyakit paru-paru kronis pada usia 50 tahun. Tentu saja hal tersebut bisa benar atau salah. Dan hal tersebut bisa diketahui benar atau salahnya, jika sudah dilakukan deteksi terhadap penyakit paru-paru yang diprediksi tersebut. Nah, deteksi tentu dilakukan sampai pada tahap dimana orang tersebut diketahui benar-benar mengidap penyakit jantung atau tidak.

So, mudah-mudahan tulisan kecil ini bermanfaat :-)

7 comments:

Aditya said...

like this walaupun membingungkan.. hahaha..

Teguh Wahyono said...

hahahaha.... sama dit, saya juga bingung... Tapi kata orang, semakin bingung, semakin asyik... :-)

Ricky said...

chayoo chayoo pak TGW, doaken aku bisa mendeteksi kelulusanku bukan memprediksi :p

Teguh Wahyono said...

Mr. Rick : hahaha... like that, Mister.. Eh, kapan balik Indo.. sudah ditunggu kantor baru tuh... wkwkkw

Didik said...

hihihi tepat, seperti saya sudah dideteksi sukses sejak dalam kandungan pak. Entah prediksi orang sekeliling saya (teman, tetangga, kerabat) mau seperti apa :D
Btw sukses Pak tak deteksi ini langkah menuju Professor :)

Teguh Wahyono said...

@Pak Didik.. wuahaha... mantab pak.. berarti dokter kandungane punya USG yang canggih ya.. wkwkwk.. btw, thanks atas deteksinya buat saya.. amien, pokoknya.. :D

Anonymous said...

Pak bos.. kapan kembali ke salatiga?