Bagi saya, itu adalah pengalaman perdana. Dan nampaknya bagi kami berenam, hanya Pak Rudi yang sudah melakukan sebelumnya. Dengan semangat 45, kami menuju Sungai Elo, sebuah sungai yang terletak di kawasan Kabupaten Magelang dekat dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur. Perjalanan ke sungai ini kami tempuh dari sekitar 30 menit (start dari UGM Jogjakarta). Tepat pukul 13.00 kami sampai di lokasi. Setelah ganti baju, pakai pelampung, foto-foto sejenak dan mendapat sedikit breefing dari team Yogya Adventure, kami segera memulai petualangan.
Tidak jauh dari start poin (kurang lebih 20 meter), kami langsung dihadapkan dengan jeram pertama. Waahhh.. gila.. benar-benar memacu adrenalin. Jeram sungai menggulung-gulung perahu kita, mengombang-ambingkan dengan kasar kesana kemari. Untunglah Pak Barry (kalau nggak salah neh..) yang mendampingi kita cukup sigap mengatasi segala bentuk goncangan sang jeram. Dan ternyata teori tentang adrenalin benar bahwa “sekali melewati titik ketakutan dalam dirimu, pasti akan ketagihan untuk mencobanya lagi”.
Setelah itu air cukup tenang membawa perahu karet yang kita pakai. Dan kalau air tenang, celakanya kita yang gak tenang.. Karena harus mendayung sekuat tenaga agar perahu kita jalan dengan lebih cepat. Pak Ardy yang terlihat paling bersemangat ketika mendayung, karena dia mengidentikkan dayungannya dengan angkat barbel ketika dia fitness.. Sama-sama membentuk bisep dan trisep, hehehe.. Lain lagi Beni.. Pemuda yang satu ini mendayung terus tanpa henti... Tapi ya itu, mendayungnya dengan lemah lembut.. Air di sungaipun tidak ber-riak oleh dayungannya.. (just kidding friend.. hehehe).
Sungai Elo memiliki jarak sepanjang 12 km dengan lama pengarungan lebih kurang 2,5 - 3 jam. Sepanjang sungai, kami bisa melihat pemandangan yang begitu indah. Kami berada di tengah-tengah sungai, dimana kanan kiri kami adalah tebing-tebing menjulang dengan pohon-pohon besar dan rimbun. Sungguh kami bisa merasakan keagungan Illahi dalam kondisi seperti ini. Entah berapa kali kami bertemu dengan para pemancing dan penjala ikan.. Sesekali, Maya (satu-satunya cewek di team kami), tak kuasa menahan tawanya melihat adegan "kolor ijo" di beberapa titik sungai. Pak Rudi dan Pak Henrypun tersenyum=senyum ketika berpapasan dengan ibu-ibu yang sedang mandi di Sungai.. Entah apa arti senyum itu (hahahaha...).
Menurut pak Barry, sungai Elo ini masuk kategori kelas III untuk Rafting. Cocok untuk kita-kita yang masih pemula, karena tingkat bahayanya yang masih tergolong rendah. Tetapi meskipun begitu, adrenalin kita cukup terpompa dengan kondisi yang ada. Apalagi pada satu kesempatan, pak Barry membuat kami berlima tercebur di kedalaman sungai dengan permainannya.
Dengan satu teknik pendayungan tingkat tinggi, Pak Barry membuat perahu kami terbalik. Wow.. kami panik bukan kepalang. Terutama aku. Karena aku termasuk pe-rafting yang nggak bisa renang.. Diantara kami memang hanya Pak Ardi, Maya dan pak Henry yang bisa renang. Sedang aku, pak Rudy dan Beny hanya bisa renang gaya batu. Ketika perahu di balik, aku tercebur ke kedalaman sungai. Bukan hanya itu.. Badan perahu karet itu menimpa tepat di atas kepalaku. Sontak aku panik bukan main. Tetapi aku segera ingat pepatah "Jika kamu panik, paniklah dengan tenang".. Untunglah, meski aku berada di bawah telungkupan perahu karet yang terbalik, tetapi perahu itu masih menyisakan rongga tempat untuk bernapas. Dan tak berapa lama, pak Barry segera mengembalikan perahu pada posisi semula.to be continued...
2 comments:
Hohoho.. akhirnya bisa berkomentar..
Lha to becontinuednya mana Pak? kok gak ada? hehehe...
Post a Comment