Arswendo Atmowiloto pernah mengatakan Mengarang Itu Gampang dalam sebuah bukunya. Seratus persen saya setuju dengan apa yang disampaikan Arswendo tersebut. Yang dalam konteks ini saya lebih suka mengatakan bahwa “menulis buku itu mudah”, dan tidak hanya itu, menulis itu juga “menguntungkan”. Berikut adalah beberapa argumen yang mendukung pernyataan tersebut.
Semua Hal Bisa Ditulis
Seringkali tidak terpikirkan bahwa sesuatu yang sebenarnya terlihat sepele, bisa saja ditulis menjadi sebuah buku yang menarik dan prospektif untuk dipasarkan. Saya teringat dengan isteri saya hobby masak. Seringkali dia bereksperimen membuat resep-resep baru yang tujuannya hanya satu, yaitu sekedar “hobby”. Menyenangkan suami dengan masakan-masakan yang enak, mungkin menjadi tujuan yang kesekian setelah tujuan hobby tersebut. Sedangkan bagi saya, meskipun cukup senang karena mendapatkan hasil eksperimen yang membuat lidah bergoyang, tetapi tak urung hobby isteri tersebut membuat dapur kami “ngebul” melampaui budget. Akhirnya saya ingat hobby saya menulis buku. Dan muncullah satu ide konyol yaitu membuat hobby yang membutuhkan banyak biaya itu mampu membiayai dirinya sendiri. Caranya? Kumpulkan saja resep-resep menarik dari isteri saya dan lakukan satu hal: jadikan mereka sebuah buku !! Dan ternyata berhasil. Hobby masaknya dapat terus dilakukan tanpa terhambat oleh minimnya budget dari saya. Tetapi ia telah berhasil membiayai sendiri hobby-nya itu. Dan kini bertambah satu lagi hobby isteri saya. Yaitu duduk di depan komputer dan membuat buku resep masakan.
Banyak hal yang bisa ditulis menjadi sebuah buku. Mulai dari hobby, pengalaman pribadi atau tentang ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya. Maka jika Anda adalah orang yang menguasai satu bidang tertentu, menguasai profesi Anda, memiliki hobby yang menarik, memiliki kemampuan khusus yang layak jual, maka peluang menjadi penulis buku yang berhasil ada di tangan Anda.
Pekerjaan atau profesi Anda pun sangat layak untuk dibukukan karena sudah pasti ada peminatnya. Di Indonesia sudah banyak terdapat profesi yang berkembang dari waktu ke waktu. Tetapi buku-buku tentang profesi tersebut terhitung masih belum banyak. Beberapa profesional yang telah mencoba menguak tabir profesi yang mereka lakukan, seperti misalnya Ratih Sanggarwati yang menulis Kiat Menjadi Profesional (2003), Ida Kuraeny menulis buku tentang agen asuransi yang berjudul Membuat Impian menjadi Kenyataan (2003), Paulus Winarto yang seorang wartawan menulis How to Handle the Journalist (2004) dan lain sebagainya.
Atau meskipun tidak memiliki suatu keahlian khusus, tetapi jika Anda memiliki suatu pengalaman atau kisah hidup yang menarik, juga prospektif untuk dituliskan menjadi sebuah buku. Ambil contoh seperti kisah penyanderaan Ersa Siregar dan Ferry Santoro oleh GAM, atau penyanderaan Meutia Hafid dan Budianto oleh pejuang Irak, bisa ditulis menjadi sebuah buku yang menarik.
Walaupun banyak hal yang bisa ditulis menjadi sebuah buku, tetapi yang menjadi masalah adalah jarang orang yang mau (bukan “mampu”) memulai menindaklanjuti ide-ide prospektif yang sebenarnya mereka miliki untuk dituangkan menjadi sebuah tulisan. Atau mungkin ada yang ingin memulai menulis, tetapi dikalahkan terlebih dahulu dengan rasa ketakutan tentang banyak hal. Seperti misalnya apakah tema itu layak dibukukan? Bagaimana menggali bahannya? Bagaimana menyusun bahasa yang menarik? Bagaimana jika nanti kehabisan ide di tengah penulisan? Apakah nanti penerbit mau menerbitkan? Dan sebagainya. Akhirnya calon penulis tersebut “KO” sebelum bertanding.
Mulailah dengan Outline
Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar tentang “bagaimana kita memulai untuk mengarang?”, ternyata masih sangat relevan untuk diterapkan pada pertanyaan “bagaimana kita memulai untuk menulis buku?”. Jawaban pertanyaan itu adalah membuat kerangka karangan. Atau jika dalam konteks menulis buku, buatlah outline terlebih dahulu.
Outline berisikan butir-butir pemikiran, atau peta ide tentang jalan cerita dalam sebuah buku. Dalam membuatnya mungkin tidak harus sekali jadi. Karena ide-ide yang berserakan di dalam kepala kita, terkadang selalu berkembang dalam menyusun gagasan yang akan dituangkan.
Membuat coretan-coretan dengan pensil di atas kertas, menjadi salah satu solusi terbaik dalam upaya membuat outline tersebut. Ide yang menarik, bisa saja muncul dengan tiba-tiba ketika kita sedang sibuk melakukan aktivitas kita. Dan jika kita tidak mendokumentasikan ide tersebut secara langsung, bisa saja ide itu lenyap dengan tiba-tiba dari ingatan kita. Saya jadi ingat salah satu dosen saya sewaktu masih kuliah, Pak Budi Sutejo Dharma Oetomo yang juga salah satu penulis produktif di Yogyakarta, yang mengajarkan saya untuk membawa pensil dan seberkas kertas buram yang telah di streples ke mana-mana untuk mengantisipasi ide-ide brillian yang terkadang muncul secara tidak terduga waktu dan tempatnya. Ketika ide itu muncul, lakukan kristalisasi ide tersebut melalui proses membayangkan, mengingat-ingat, terus bertanya tentang “what and how”, dan tuangkan apapun yang anda pikirkan tentang ide tersebut dalam lembar-lembar kertas. Tulisan bisa saja dalam kalimat-kalimat pendek, belum tertata, tetapi gagasan mendasar sudah diperoleh.
Jika tidak bisa langsung dilakukan saat itu, maka di lain kesempatan Anda bisa lebih memfokuskan perhatian pada coretan-coretan itu. Lakukan analisis dan upayakan penulisan secara terstruktur dan rapi, mulai membentuk sebuah alur cerita dari bab ke bab atau dari bagian ke bagian, cari benang merah diantara gagasan-gagasan tersebut. Hasil dari tulisan yang lebih terstruktur itulah yang disebut dengan outline. Jangan lupa menentukan judul yang tepat setelah outline selesai tersusun.
Eksplorasi Bahan Penulisan
Outline yang baik, harus bisa membimbing Anda menjabarkan pikiran-pikiran Anda dan mudah untuk dikembangkan menjadi karangan yang lengkap. Outline juga sebaiknya mampu menggambarkan apa permasalahan utama yang sedang di bahas, bagaimana pendekatannya, bagaimana menganalisa dan langkah apa yang dilakukan dalam melakukan solusi pemecahan masalah.
Setelah menyusun outline, langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir pemikiran yang sudah tertuang dalam outline tersebut. Ada banyak tindakan yang bisa dilakukan untuk mengeksplorasi bahan penulisan dalam mengembangkan outline. Seperti misalnya mencari referensi dengan artikel atau buku lain dan melakukan wawancara dengan nara sumber.
Teknik Penulisan
Beberapa penerbit tidak mewajibkan penulisnya mengetik menggunakan aplikasi komputer seperti MS Word atau Open Office, misalnya. Asalkan naskahnya prospektif dari berbagai sudut pandang untuk diterbitkan, penulisan yang dilakukan dengan tangan-pun bisa diterima untuk diterbitkan. Tetapi seiring perkembangan teknologi, penulisan menggunakan aplikasi komputer tersebut juga merupakan faktor penting untuk pertimbangan diterimanya sebuah naskah buku. Hal itu cukup penting karena akan memudahkan penerbit dalam melakukan editorial dan setting layout buku yang akan diterbitkan.
Untuk penulisan menggunakan aplikasi komputer, beberapa penerbit besar biasanya menyediakan template penulisan yang dapat di download dari situsnya (misalnya Elexmedia dengan http://www.elexmedia.co.id/ atau Penerbit Andi dengan http://www.andipublisher.com/ ). Dengan tersedianya template, Anda tidak perlu susah-susah melakukan layout page, memilih jenis dan model tulisan, memilih font heading, bentuk penulisan tabel dan gambar dan lain sebagainya, karena itu semua sudah diatur pada template yang disediakan.
Dari sisi content penulisan, naskah yang hendak diterbitkan hendaknya meliputi hal-hal seperti Pengantar, Daftar Isi, Sinopsis/ringkasan/abstrak tentang Penulis, isi per bab secara urut dan lengkap, Daftar Pustaka dan bila ada: lampiran, tabel, listing program, Indeks, atau jika perlu sambutan tokoh terkemuka yang berkaitan dengan naskah yang ditulis yang bila ada akan menambah nilai pasar.
Akhiri Dengan Indah
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari menulis buku. Yang pertama, tentunya adalah manfaat ekonomis dengan adanya royalti. Royalti adalah hak memperoleh keuntungan hasil dari penjualan buku bagi penulis. Pada umumnya, penerbit memberikan royalti sebesar 10% dari hasil penjualan buku yang telah terbayar selama periode tertentu.
Perhatikan contoh perhitungan royalti berikut ini. Sebuah buku diterbitkan dengan harga buku = Rp. 25.000,-, dicetak dengan oplah 5.000 eks. Jika sampai pada bulan Juni 2005 buku tersebut terjual 2000 eksemplar, maka pada awal bulan Juli, penulis akan menerima royalti sebesar Rp. 5.000.000,- dikurangi PPN 10% (Rp. 500.000,-) menjadi Rp. 4.500.000,-. Lumayan bukan ?
Keuntungan lain yang diberikan penerbit yaitu bila pengarang membeli hasil karyanya sendiri akan diberi discount (pembelian langsung ke penerbit). Discount untuk pengarang 20%, minimum 10 eks. Kemudia juga pada saat buku terbit, pengarang mendapat lima buku sebagai bukti penerbitan. Belum lagi keuntungan non profit yang diperoleh. Seorang Dosen misalnya, sangat membutuhkan karya penulisan yang berupa buku, untuk digunakan pada proses kenaikan Jabatan Fungsional. Kredit point yang diberikan untuk penulisan buku sangat tinggi, melebihi point-point yang lainnya.
Anda tahu Dr. Richardus Indrajit, seorang pakar e-government. Gelar non formal yang diperoleh dan diakui masyarakat sebagai pakar e-government tersebut diperolehnya setelah dia menulis tentang e-Government di salah satu penerbit di Yogyakarta. Sejak itu undangan ceramah dan seminar sering diterimanya baik dari kalangan akademisi maupun pemerintah untuk berbicara tentang salah satu implementasi teknologi informasi tersebut mengalir dari waktu ke waktu. Atau Pak Abul Kadir? Dalam satu kesempatan yang disampaikan, dia sempat mengaku dapat menempuh studi Doktoral di luar negeri, salah satunya adalah karena royalti dari penulisan buku-bukunya. Dr. Onno Purbo, apalagi. Pakar Internet yang juga penasehat ahli dari Pointer, tokoh yang rela meninggalkan jabatan PNS di ITB untuk mengembangkan sendiri profesionalitasnya, jga mengaku mendapat hikmah yang luar biasa dari menulis buku. Saya? Meski saya bukan apa-apa, tetapi utang-utang saya, cicilan kendaraan saya, bisa lunas juga salah satunya karena buku.
Terima kasih, buku :-)
1 comment:
Trial Comment....
Post a Comment